Permusuhan Narayana dan Kangsa

Kisah pewayangan berikutnya adalah kisah perebutan kekuasaan di Kerajaan Mandura. Kerajaan ini adalah kerajaan yang dipimpin Prabu Basudewa yang merupakan ayah kandung dari tiga bersaudara yaitu Raden Kakrasana setelah tua menjadi Prabu Baladewa, Kresna masa mudanya bernama Narayana, Dewi Sembadra masa mudanya bernama Rara Ireng. Selain anak kandung Basudewa punya anak yang tidak jelas bernama Kangsa.

Kangsa inilah yang manunggal dengan hawa nafsu sudah merebut tahta masih juga ingin membunuh putra – putri Basudewa.


Berikut kisahnya:

Gorawangsa adalah seorang raja dari Kerajaan Guwabarong/Sangkapura, raja ini sudah lama jatuh hati kepada Dewi Maerah ( Amirah ) yaitu istri Prabu Basudewa, tidak dijelaskan dengan detil apakah percintaan mereka memang percintaan terlarang karena saling mencintai ataukah ..., memang Dewi Maerah korban kejahatan Gorawangsa.

Hingga tiba suatu kesempatan , disaat kondisi Kerajaan Mandura sedang ditinggal rajanya berburu, dan kerajaan sementara dipercayakan pada saudaranya Haryo Prabu.
Kesempatan ini digunakan oleh Gorawangsa untuk menyelinap masuk ke Istana , raja raksasa ini merubah wajahnya menjadi Prabu Basudewa, dengan mudah masuk kedalam istana.

Para penjaga dan Haryo Prabu pun tidak mengetahui apakah itu Prabu Basudewa asli ataukah palsu. Hingga akhirnya perilaku Gorawangsa ini ketahuan oleh Basudewa yang pulang dari berburu, selanjutnya menjadi dimulainya perang dingin tiada hubungan asmara lagi antara Basudewa dan Dewi Maerah.

Hingga akhirnya Dewi Maerah hamil dan diusir dari Mandura, kemudian diterima oleh Suratrimantra adik dari Gorawangsa di Kerajaan Guwabarong, disinilah Kangsa lahir dan Dewi Maerah meninggal saat melahirkanya. Disini juga Kangsa dididik dan diprovokasi oleh Suratrimantra agar kelak menjadi Raja di Mandura.
====================================
Di Kahyangan Bathara Narada rapat bersama Bathara Indra, Bathara Brahma, Bathara Bayu, Bathara Sambu, Bathara Wisnu dan Bathara Basuki.

Bathara Narada menyampaikan perintah Bathara Guru, agar supaya Bathara Wisnu menjelma ke dunia bersama Bathara Laksmanasadu.

Karena dahulu kala sewaktu Rama memerintah Ayodya telah dijanjikan kelak akan menjelma ke dunia bersama Laksmana maka sekarang janji itu digenapi. Bathara Wisnu menjelma bersama Bathara Laksmanasadu.

Namun penjelmaan mereka tidak bisa langsung, harus dengan perantara. Untuk itu Bathara Wisnu menjelma dalam wujud harimau putih, sedangkan Bathara Laksmanasadu dalam wujud ular naga. Bathara Basuki ingin ikut menjelma bersama Hyang Laksmanasadu. Bathara Brahma dan para dewa menyetujuinya. Lalu mereka bertiga turun ke dunia menuju hutan Kumbina.

macan putih jelmaan Bathara Wisnu menyerang Basudewa
(karya Herjaka.HS 2008)

Raja Basudewa bersama Ugrasena yang sudah berada di tengah daerah perburuan tiba-tiba didatangi prajurit memberi tahu, bahwa di daerah perburuan datang harimau putih bersama ular naga. Raja Basudewa turun mendekat ke tempat harimau dan ular naga. Tanpa diduga, cepat bagai kilat, harimau dan ular naga tersebut menyerangnya dengan berani.

Raja menghindar, lalu melepaskan panah. Panah tepat mengenai sasaran, dan tubuh harimau tersebut tergolek. Keajaiban terjadi, tubuh harimau segera menghilang. Jasmaninya merasuk ke tubuh Dewi Badraini, isteri Basudewa, dan ruhnya masuk ke tubuh Kunthi, isteri raja Pandhu. Kemudian ular naga menyerang tapi mati terkena panah.

Tubuh ular juga menghilang berubah wujud menjadi Bathara Basuki dan Bathara Laksmanasadu, dan merasuk kepada Rohini, isteri Basudewa.
====================================

Anak-anak Basudewa dari Istri Dewi Rohini yaitu Kakrasana, dan dari Istri Dewi Badraini yaitu Narayana, dan Rara Ireng, Narayana dan Rara Ireng ini sebenarnya kembar lahir bersama-sama, ketiganya sejak kecil dititipkan kepada Demang Antiyogopa di pertapaan Widorokandang.

Berkat pendidikan di pertapaan inilah ketiga putra Basudewa ini tumbuh menjadi orang yang baik, mereka punya ciri fisik kalau Narayana kulitnya hitam, kalau Kakrasana kulitnya bule dan Rara Ireng parasnya cantik.

Ketika tumbuh dewasa Kangsa datang ke Mandura dan berhasil mengusir Basudewa dari Mandura, kurang puas hanya dengan kudeta/mengusir, selanjutnya berkeinginan juga membersihkan keturunan Basudewa (pembersihan etnis ) sementara anak-anak Basudewa tidak ada di Mandura.

Kangsa menyuruh Kala Akura dan para prajurit untuk menyerang Widarakandang, dan menangkap tiga anak Basudewa.

Prajurit Sengkapura yang dipimpin oleh Kala Akura menyerang Widarakandang. Kebetulan Kakrasana dan Narayana sedang pergi ke pertapaan. Demang Anantagopa ditangkap dan dibunuh, namun Sembadra dan Larasati berhasil dibawa lari oleh Nyai Sagopi. Nyai Sagopi, Sembadra dan Larasati berjumpa Arjuna. Mereka minta perlindungan. Raksasa yang mengejar mereka musnah oleh Arjuna. Setelah bebas dari serangan raksasa mereka sepakat untuk mencari Kakrasana dan Narayana.

Dilain tempat Agar Kangsa tidak susah-susah mencari keturunan Basudewa maka diperoleh akal yaitu berunding dengan Basudewa dan mengatakan sebenarnya dia adalah orang yang berhak jadi Raja di Negeri Mandura tetapi cara ini tidak jantan , sebagai kesepakatan dihasilkan bahwa akan diadakan adu jago ( Adu Ayam Jago ) kalau Basudewa menang silahkan menduduki tahtanya lagi , tetapi sebenarnya adu orang yang jago berkelahi.

Maka diutuslah Ugrasena saudaranya pergi untuk mencari jago oleh Basudewa. Ditengah perjalanan Ugrasena bertemu Kemenakannya sendiri yaitu Bima, Karena Bima adalah putra Dewi Kunti yang merupakan adik dari Basudewa. Bima tidak keberatan menjadi jago karena punya kepentingan juga sedang mencari Arjuna yang telah lama pergi, ia meminta agar dibantu.

Sementara itu Narayana yg telah sempurna berguru kepada Bagawan Padmanaba di gunung Giripura.
=Narayana berguru kepada Begawan Padmanaba ditemani abdi setia.
Hasil dari berguru tersebut, Narayana mendapatkan
Kembang Wijayakusuma dan Panah Cakrabaskara (karya Herjaka HS)=

Bagawan Padmanaba menganugerahkan kembang Wijayakusuma dan senjata Cakrabaskara. Kemudian sang bagawan merasuk menyatu dengan Narayana.

Setelah menerima senjata sakti itu, Narayana pergi ke gunung Argasonya mencari Kakrasana. Kakrasana telah menerima anugerah dari Kahyangan berupa senjata Nanggala dan Alugora. Bhatara Brama memberi mantera Jaladara. Setelah saling bercerita hal perolehan senjata dan kesaktian, Narayana dan Kakrasana kembali ke Widarakandhang.

Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Nyai Sagopi bersama Sembadra, Larasati dan Arjuna. Nyai Sagopi bercerita tentang kematian Kyai Anantagopa dan hancurnya Widarakandhang. Kakrasana marah ingin membalas kematian Kyai Anantagopa. Ia tahu bahwa Kangsadewa ingin mengadu manusia melawan jago dari kerajaan Mandura. Narayana ingin melihatnya, maka mereka berangkat ke Mandura.

Ugrasena telah mempersiapkan gelanggang adu jago. Orang-orang berbondong-bondong ingin menyaksikan pertarungan jago Kangsadewa dengan jago raja Basudewa. Kangsadewa dan Basudewa duduk bersanding, menyaksikan pertarungan jago masing-masing. Suratrimantra telah naik ke panggung menanti kedatangan Bima.

Tak lama kemudian Bima naik gelanggang, maka pertarungan dimulai. Perang belum berlangsung lama, Suratrimantra tewas terkena tusukan kuku pancanaka. Lantas Suratrimantra digotong oleh dua abdinya yang bernama Kala Caruna dan Kala Mustika untuk kemudian dimasukkan ke kolam air semangka.

Setelah masuk di kolam tersebut Suratrimantra hidup kembali dalam keadaan segar bugar, lalu maju ke gelanggang. Berkali-kali Suratrimantra mati dibunuh oleh Bima, tapi selalu hidup kembali. Semar Badranaya mengetahui kesaktian Suratrimantra, lalu menyuruh Arjuna supaya pusaka keris Kyai Pulanggeni dimasukkan ke dalam kolam. Setelah dimasuki Pulanggeni, air kolam mendidih. Dengan demikian akhirnya Suratrimantra tidak mampu hidup kembali. Kangsadewa mengerti bahwa jagonya hancur dalam kolam, lalu meloncat ke panggung.

Kakrasana datang menghadapi Kangsadewa. Kangsadewa menyerang, tetapi Kakrasana menyambut dengan Nanggala dibarengi oleh Narayana yang melepaskan senjata Cakra ke tubuh Kangsadewa. Terkena dua senjata sekaligus, yaitu Cakra dan Naggala, Kangsadewa mati seketika. Dengan matinya Kangsadewa, permusuhan antara Kangsadewa dan Narayana atau Kresna berakhir.

Setelah tenang raja Basudewa menyambut tiga putranya. Kakrasana, Narayana, Sembadra, Bima dan Arjuna diajak masuk ke istana. Ugrasena yang mengantarkannya. Raja Basudewa menyatakan kegembiraannya. Kakrasana dan Narayana dipeluknya, dan dipuji kesaktiannya. Arjuna dan Sembadra di pangkunya. Arjuna duduk di paha kanan dan Sembadra di paha kiri. Raja Basudewa berkata, Sembadra jangan bersuami kalau tidak dengan Arjuna. Sejak saat itu Sembadra dipertunangkan dengan Arjuna.

Dengan matinya Kangsadewa, negara Mandura damai, raja mengadakan pesta keselamatan.

sumber :
http://lakon-wayang-ku.blogspot.com/2011/02/permusuhan-narayana-dan-kangsa.html

LihatTutupKomentar